Senin, 07 Oktober 2013

Allah Ta'ala Jaminkan Rezeqi

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Sangat berbeda antara beramal akhirat untuk meraih dunia, berdo'a meminta dunia dengan memperoleh kemanfaatan dunia dari amal-amal akhirat kita. Ketiganya mirip, tetapi sangat jauh berbeda nilai, kedudukan dan hakikatnya.

Maka, marilah kita periksa niat kita, hasrat terbesar kita (duniakah atau akhirat) seraya berusaha mendidik niat. Di antara nash yang menunjukkan bahwa ibadah kepada Allah Ta'ala justru menjadikan Allah subhanahu wa ta'ala melimpahkan rezeqi kepada kita adalah sebuah hadis qudsi riwayat Al-Hakim:

"يَا ابْنَ آدَمَ ، تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي ، أَمْلأْ قَلْبَكَ غِنًى ، وَأَمْلأْ يَدَيْكَ رِزْقًا ، يَا ابْنَ آدَمَ ، لا تَبَاعَدْ مِنِّي ، فَأَمْلأْ قَلْبَكَ فَقْرًا ، وَأَمْلأْ يَدَيْكَ شُغْلا"


"Wahai anak Adam, gunakanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku akan memenuhi hatimu dengan rasa kecukupan dan memenuhi kedua tanganmu dengan rezeqi. Wahai anak Adam, janganlah engkau menjauh dari-Ku (karena apabila engkau melakukannya), niscaya Aku akan menjadikan hatimu penuh dengan kefakiran dan menjadikan kedua tanganmu penuh dengan kesibukan." (HR. Al-Hakim).

Dalam hadis tersebut, bahkan seseorang yang tidak memenuhi do'anya dengan meminta rezeqi pun Allah Ta'ala akan limpahi rezeqi. Di sisi lain, berdo'a meminta dunia juga tidak dilarang. Akan tetapi, janganlah beramal akhirat untuk dunia. Inilah yang belakangan sering terdengar diserukan oleh manusia. 

Jumat, 23 Agustus 2013

Meraih Pahala dari Fitnah Harta dan Anak

”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah fitnah dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Al-Anfal: 28)

Terdapat dua ayat di dalam Al-Qur’an yang menyebut harta dan anak sebagai fitnah, yaitu surah Al-Anfal ayat 28 dan surah At-Taghabun ayat 15, “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”. Perbedaannya: pada surah Al-Anfal, Allah menggunakan redaksi pemberitahuan “ketahuilah”, sedangkan pada surah At-Taghabun menggunakan redaksi penegasan “sesungguhnya”. Namun ungkapan yang mengakhiri kedua ayat tersebut sama, yaitu “di sisi Allah-lah pahala yang besar”. Sehingga bisa dipahami bahwa fitnah harta dan anak bisa menjerumuskan ke dalam kemaksiatan, namun di sisi lain justru bisa menjadi peluang meraih pahala yang besar dari Allah swt. Dan makna yang kedua itulah yang dikehendaki oleh Allah, sehingga Allah mengingatkannya di akhir ayat yang berbicara tentang fitnah anak dan harta “dan di sisi Allah-lah pahala yang besar”.

Fitnah dalam kedua ayat ini bukan dalam arti Bahasa Indonesia, yaitu setiap perkataan yang bermaksud menjelekkan orang, seperti menodai nama baik atau merugikan kehormatannya. Tetapi fitnah yang dimaksud dalam konteks harta dan anak seperti yang dikemukakan oleh Asy-Syaukani adalah bahwa keduanya dapat menjadi sebab seseorang terjerumus dalam banyak dosa dan kemaksiatan, demikian juga dapat menjadi sebab mendapatkan pahala yang besar. Inilah yang dimaksud dengan ujian yang Allah uji pada harta dan anak seseorang. Fitnah di sini juga dalam arti bisa menyibukkan atau memalingkan dan menjadi penghalang seseorang dari mengingat dan mengerjakan amal taat kepada Allah, seperti yang digambarkan oleh Allah tentang orang-orang munafik sehingga Dia menghindarkan orang-orang beriman dari kecenderungan ini dalam firman-Nya, “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Munafiqun: 9). Rasulullah saw juga menyebut kedua kemungkinan ini dalam hadits Aisyah ra ketika beliau memeluk seorang bayi, ”Sungguh mereka (anak-anak) dapat menjadikan seseorang kikir dan pengecut, dan mereka juga adalah termasuk dari haruman Allah swt”.

Fitnah anak dalam arti bisa mengganggu dan menghentikan aktivitas seseorang pernah dirasakan juga oleh Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Daud dari Abu Buraidah bahwa ketika Rasulullah saw sedang menyampaikan khutbahnya kepada kami, tiba-tiba lewatlah kedua cucunya Hasan dan Husein mengenakan baju merah sambil berlari dan saling kejar mengejar. Begitu melihat kedua cucunya, Rasulullah kontan turun dari mimbar dan mengangkat keduanya seraya mengatakan, ”Maha Benar Allah dengan firman-Nya, ”Sesungguhnya harta dan anak-anak kamu adalah fitnah”. Aku tidak sabar melihat keduanya sampai aku menghentikan ceramahku dan mengangkat keduanya”. Dalam konteks ini, Ibnu Mas’ud mengajarkan satu doa yang tepat tentang harta dan anak. Beliau mengungkapkan, ”Janganlah kalian berdoa, dengan doa ini, ”Ya Allah, lindungilah kami dari fitnah”. Karena setiap kalian ketika pulang ke rumah akan mendapati harta, anak dan keluarganya bisa mengandungi fitnah, tetapi katakanlah, ”ya Allah aku berlindung kepada engkau dari fitnah yang menyesatkan”.

Secara korelatif tentang fitnah harta dan anak dalam surah At-Taghabun, Imam Ar-Razi dalam At-Tafsir Al-Kabir menyebutkan, karena anak dan harta merupakan fitnah, maka Allah memerintahkan kita agar senantiasa bertaqwa dan taat kepada Allah setelah menyebutkan hakikat fitnah keduanya, ”Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (At-Taghabun: 16). Apalagi pada ayat sebelumnya, Allah menegaskan akan kemungkinan sebagian keluarga berbalik menjadi musuh bagi seseorang, ”Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (At-Taghabun: 14)

Sedangkan tentang fitnah harta dan anak dalam surah Al-Anfal, Sayyid Quthb menyebutkan korelasinya dengan tema amanah ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (Al-Anfal: 27), bahwa harta dan anak merupakan objek ujian dan cobaan Allah swt yang dapat saja menghalang seseorang menunaikan amanah Allah dan Rasul-Nya dengan baik. Padahal kehidupan yang mulia adalah kehidupan yang menuntut pengorbanan dan menuntut seseorang agar mampu menunaikan segala amanah kehidupan yang diembannya. Maka melalui ayat ini Allah swt ingin memberi peringatan kepada semua khalifah-Nya agar fitnah harta dan anak tidak melemahkannya dalam mengemban amanah kehidupan dan perjuangan agar meraih kemuliaan hidup di dunia dan di akhirat. Dan inilah titik lemah manusia di depan harta dan anak-anaknya. Sehingga peringatan Allah akan besarnya fitnah harta dan anak diiringi dengan kabar gembira akan pahala dan keutamaan yang akan diraih melalui sarana harta dan anak.

Lebih jauh, korelasi ayat di atas dapat ditemukan dalam beberapa ayat yang lain. Al-Qurthubi misalnya, menemukan korelasinya dengan surah Al-Kahfi: 46 yang bermaksud, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”, bahwa harta kekayaan dan anak wajar menjadi perhiasan dunia yang menetramkan pemiliknya karena pada harta ada keindahan dan manfaat, sedangkan pada anak ada kekuatan dan dukungan. Namun demikian kedudukan keduanya sebagai perhiasan dunia hanyalah bersifat sementara dan bisa menggiurkan serta menjerumuskan. Maka sangat tepat jika ayat “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (At-Taghabun: 15) dan ayat “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.(Al-Munafiqun: 9) menjadi pengingat jika kemudian terjadi harta dan anak justru menjauhkan pemiliknya dari Allah swt.

Berbeda dengan At-Thabari, ia memahami korelasi kontradiktif ayat ini dengan surah Ali Imran ayat 38, “Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. Menurut Ath-Thabari, secara tekstual ayat ini bisa dipahami bertentangan dengan ayat yang memberi peringatan akan kemungkinan bahaya dan fitnah yang ditimbulkan dari harta dan anak. Padahal nabi Zakaria sendiri berdoa agar dikaruniakan keturunan yang banyak. Maka pemahaman yang cenderung kontradiktif ini diluruskan sendiri oleh Ath-Thabari dengan mengemukakan bahwa anak yang di pohon oleh Zakaria adalah anak keturunan yang shaleh yang bisa memberi manfaat di dunia dan akhirat. Sedangkan yang dikhawatirkan adalah kriteria harta dan anak yang justru melalaikan dari mengingat Allah swt seperti yang Allah tegaskan dalam salah satu firman-Nya, “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (Al-Munafiqun: 9). Dalam konteks ini, Nabi Muhammad sendiri pernah mendoakan harta dan anak yang banyak kepada sahabat Anas bin Malik ra, “Ya Allah perbanyaklah untuknya harta dan anak, dan berkahilah setiap apa yang Engkau anugerahkan kepadanya”.

Demikian keseimbangan yang diajarkan oleh Allah swt dalam menyikapi fitnah harta dan anak yang menduduki posisi tertinggi dari titik lemah manusia. Harta dan anak memiliki potensi yang sama dalam menghantarkan kepada kebaikan atau menjerumuskan seseorang kepada dosa dan kemaksiatan. Sudah sepantasnya peringatan Allah dalam konteks fitnah harta dan anak senantiasa yang sering kita ingat karena hanya peringatan Allah yang mencerminkan kasih sayang-Nya yang layak untuk diingat, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (At-Tahrim:6).



Rabu, 14 Agustus 2013

Cara Hentikan Kebiasaan Menggigit pada Batita

http://health.kompas.com/read/2013/08/14/1000046/Cara.Hentikan.Kebiasaan.Menggigit.pada.Batita

KOMPAS.com - Ada banyak alasan mengapa bayi berusia kurang dari tiga tahun punya kebiasaan menggit. Kemampuan berkomunikasi yang masih kurang juga bisa membuatnya menggigit saat ia kesal dan frustasi.

Meski giginya belum tumbuh semua dan kekuatannya belum besar, tapi saat pas mengenai giginya, gigitan bisa juga terasa sakit. Apalagi jika ia menggigit teman sebayanya. 

Berikut ini cara menghentikan batita dari kebiasaannya menggigit. Pertama, abaikan dia setelah mengigit. Pada dasarnya, manusia senang mendapat perhatian dari apa yang mereka lakukan, begitu pula batita Anda. Saat dia merasakan dampak dari gigitannya membuat heboh orang di sekitarnya, dia pun semakin senang untuk melakukannya kembali.

Kedua, jangan membentak atau memarahinya dengan suara keras, terlebih di depan umum. Bagaimana pun batita masih belum dapat membedakan mana yang salah dan benar dari perbuatannya. Memarahinya dengan keras tidak akan memperbaiki keadaan. Bahkan bisa jadi hal itu justru memicu dia untuk mengulanginya lebih keras.

Ketiga, selalu amati perilaku mengigit batita Anda. Banyak alasan yang menyebabkannya suka mengigit. Dengan mengetahui hal apa yang memicunya untuk menggigit, Anda akan lebih mudah mencari solusinya. Bahkan lebih mudah saat harus berkonsultasi pada psikolog anak.

Keempat, saat batita menggigit anggota keluarga atau saudara lainnya, jangan langsung memarahi dan menjauhkan si batita. Sebaliknya, Anda justru bisa mengusap bagian tubuh yang tergigit dan menunjukkan rasa sayang Anda pada si korban. Ini akan membuat batita iri dan membantu menghentikan sikap tak terpujinya.

Kelima, perlu diketahui bahwa tindakan mengigit merupakan cara si batita untuk melindungi dirinya. Jika merasa terganggu dan terancam, dia cenderung untuk mengigit. Terlebih, saat giginya sudah mulai tumbuh dan keinginannya untuk belajar menggigit sedang meluap-luap. Anda bisa mengajarinya melakukan cara lain, misalnya belajar mengungkapkan keinginan atau berkata "tidak" jika batita merasa tidak suka dengan tindakan orang lain.

Selasa, 16 Juli 2013

Sekolah Anak Jalanan Master di Depok Terancam Digusur

http://megapolitan.kompas.com/read/2013/07/13/1638287/Sekolah.Anak.Jalanan.Master.di.Depok.Terancam.Digusur


JAKARTA, KOMPAS.com - Sekolah Masjid Terminal (Master) yang berlokasi di dalam Terminal Depok, Jawa Barat terancam digusur. 

Penggagas Sekolah Master, Nurokhim, mengatakan sebagian lahan bangunan sekolah untuk anak jalanan dan kaum duafa itu akan terkena dampak rencana pembangunan bangunan pusat perbelanjaan. 

Beberapa bangunan seperti masjid milik sekolah, bangunan TK, SMP, kios usaha, dapur umum dan bangunan lainnya di lahan sekitar 2000 meter persegi terancam rata dengan tanah. 

"Informasi yang saya dengar akan dibangun Pusat Grosir Depok atau PGD. Nanti ada apartemen dan hotelnya. Mungkin nanti bisa dikroscek lagi," kata Nurokhim, saat ditemui di kantornya di Sekolah Master, Depok, Jawa Barat, Sabtu (13/7/2013). 

Rencana penggusuran ini sendiri menurutnya akan berdampak pada kegiatan pendidikan anak-anak yang bersekolah di sana. 

Mendengar akan ada penggusuran, kata Nurokhim, orangtua dan anak murid yang bersekolah di sana pun mengkhawatirkan kelanjutan pendidikan mereka. "Mereka sedih, bingung dan khawatir ini kalau terjadi," ujar Nurokhim. 

Terkait kejadian ini sendiri pihaknya sudah menyampaikan kepada Wali Kota Depok. Namun, hal tersebut belum ada perkembangan berarti. 

"Wali Kota kurang serius menanggapinya. Artinya tidak dianggap prioritas. Wali Kota (Depok) menyerahkan ke saya. Bahasanya, terserah saya. Karena memang secara tata ruang ini mendekati final. Dari gambar tender sudah kena," ujar Ketua Dewan Pembina Sekolah Master itu. 

Nurokhim tidak membantah bahwa dari lahan seluas 6000 meter persegi itu, 2,000 meter perseginya di antaranya merupakan milik pemda. Di lokasi milik pemda itulah yang menurut informasi akan dibangun pusat perbelanjaan itu. 

Ia mengatakan pihaknya siap untuk berkompromi mengenai hal tersebut. Pasalnya, lokasi sekolah itu menjadi strategis bagi pelajar yang bersekolah di sana. 

"Jangan sampai ini digusur. Karena letaknya yang di tengah kota sehingga biaya transportasi murah dan jarak juga dekat," ucapnya. 

Pada tahun ajaran baru 2013 ini, ada sekitar 3000 orang anak yang mendaftar di Sekolah Master dengan 115 tenaga pengajar dari berbagai kalangan. 

Sekolah Master menyediakan tingkat pendidikan dari mulai jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), Paket A atau setara SD, Paket B atau setara SMP, dan paket C atau setara SMA. Di sana, anak-anak kurang mampu dan anak jalanan bisa mendapatkan pendidikan. 

Selama ini bantuan dari pemerintah, dana corporate social responsibility (CSR) perusahaan, dan sumbangan masyarakat bisa menopang kelangsungan sekolah yang didirikan pada tahun 2000 itu.
Editor : Kistyarini









Senin, 08 Juli 2013

10 Kiat Puasa Pertama untuk si Kecil

Yuk jadikan puasa lebih seru untuk dijalani oleh si kecil

@tabloidNova

1. Keluarga yg sdh mempunyai tradisi puasa, akan sangat bagus jika anak diikutsertakan tnp harus memaksa, jelaskan jg makna puasa.

2. Berikan semangat kpd anak dgn memberikan penghargaan jika ia berpuasa. Hadiah tdk harus mahal/besar, bisa dlm bentuk pujian.

3. Saat anak merengek krn lapar, alihkan perhatiannya dgn mengajak bermain, membaca atau mewarnai.

4. Berikan suasana berbeda yg menyenangkan saat puasa, misalkan: menyediakan menu takjil yg istimewa.

5. Jelaskan kpd anak kl sejak kecil sdh terbiasa puasa, akan lbh mudah menjalani puasa saat besar nanti.

6. Kurangi kegiatan anak yg terlalu aktif / menguras tenaga. Jadi mulailah mengatur manajemen wkt yg baik.

7. Nikmati saat berbuka puasa dgn cara sederhana tp mengena di hati. "Minuman ternikmat saat berbuka adlh segelas teh manis."

8. Ada anak yg sangat sulit sahur krn tak biasa makan pagi, jd buatkan saja teh manis hangat & biskuit atau lauk yg mereka sukai.

9. Usai menjalankan puasa selama 1 bln, ajak anak bersilahturahmi ke rumah nenek & kakek. Disana anak bs kumpul bersama keluarga.

10. Tanamkan kpd anak bahwa baju lebaran tdk harus baru. Cara ini akan mengajarkan kpd anak untuk tdk konsumtif.

Demi Anak-anak atau.....

"Demi Anak-anak"; Alasan Para Ortu Untuk Boros |

  • "Demi anak2" seringkali jadi alasan para ortu untuk boros. 4 pengeluaran paling boros "demi anak": diapers, susu, mainan, sekolah.
  • Yg merasa punya pengeluaran besar tuk diapers, coba cek lagi deh brp usia anak & sudahkah lakukan potty training? Lbh sehat & hemat.
  • Anak 1,5-2 thn sdh bisa potty training... Kalo sdh 2thn+ msh pake diapers juga, mboros mbanget.
  • Yg merasa pengeluarannya besar sekali tuk beli susu anak, jgn mau termakan iklan. Perbaikan pola makan lbh penting daripada susu yg mahal.
  • Anak di atas 2thn itu sdh TDK WAJIB susu setiap hari selama pola makannya bagus. Jadi kalo msh beli susu berkilo2... mboros mbanget.
  • Yg merasa keluar uang besar tuk mainan/rekreasi anak.... coba cek lagi, yg mereka perlukan itu mainannya atau waktu berkualitas dgn ortunya?
  • Luangkan waktu berkualitas dgn anak, jauh lbh penting daripada mainan mahal yg hrs dicicil berbulan2 dgn menambah jam kerja di kantor :(
  • Yg merasa harus keluar uang buwanyak buwanget buat sekolah, les, dll.... coba tanya anaknya apkh mrk makin senang? atau makin stress?
  • Klo anaknya malah tambah stress dgn yg kita sebut sbg pendidikan, ortunya juga makin stress krn bayarnya mahal... apa bkn boros tuh namanya?
  • Alasan "Kasian anak klo gak minum susu" atau "gue males bujukin anak makan yg bener"...?
  • Alasan "kasian klo gak dibeliin mainan" atau "biar dia maen sendiri, gue males ngajak maen bareng" ....?
  • Alasan "kalo gak sekolah di situ ntar gak pinter" atau "sekolahnya yg pulangnya lama + les2 biar gak lama nungguin ortunya pulang" ...?
Aybun, yuk sama-sama perbaiki gaya berpikir membesarkan anak-anak. Sifat konsumtif ini akan turun temurun bila tidak segera diatasi. Karena itu mulai besok, ayo kita niatkan hati, sepenuhnya bekerja untuk kesejahteraan keluarga dan memberi manfaat pada masyarakat. 



Kamis, 30 Mei 2013

Kegiatan

Beragam Kegiatan Murid HappyHouse

Bermain Puzzle

Happy cooking

Makan bersama
Berenang


Sholat berjamaah


HappyHouse Daycare

Ayah Bunda,

Sering kesullitan mencari pengasuh untuk si kecil?
HappyHouse Daycare membuka kelas penitipan anak mulai usia 1-4 tahun.
Pilihan solusi pengasuhan anak selama Ayah Bunda bekerja. Pengasuhan berbasis edukasi dengan biaya terjangkau dan fasilitas memadai. 
Tersedia ruang tidur, ruang bermain indoor dan outdoor, makan siang dan sore yang sehat :)

Kegiatan: 

8.00 - 9.00 Persiapan kegiatan
9.00 - 9.30 Senam pagi bersama
9.30 - 10.00 Snack pagi
10.00 - 11.00 Bermain bebas
11.00 - 12.30 Tidur siang
12.30 - 12.45 Sholat dhuhur bersama
12.45 - 13.30 Makan siang
13.30 - 14.30 Kegiatan belajar (menggambar, baca cerita, fun cooking, berenang dll)
14.30 - 15.00 Snack sore
15.00 - 16.00 Mandi sore
16.00 - 16.15 Sholat ashar bersama
16.15 - 16.45 Makan sore
16.45 - 17.00 Persiapan pulang


Hubungi:
HappyHouse Daycare
Jl Juragan Sinda No 25 RT 04/02
Kukusan, Beji, Depok 16425